Pages

Kamis, 03 Mei 2012

Pop culture ( Budaya Populer )


Budaya pop/massa mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena setiap hari kita di jejali dengan budaya tersebut. Tanpa kita sadari sebenarnya kita sudah masuk dalam lingkaran pop culture. Sedikit mendefinisikan budaya popular adalah salah satu budaya yang di anut oleh khalayak umum publik. budaya pop ( pop culture ) sengaja di ciptakan untuk mengglobalkan sebuah budaya. Dalam budaya ini ada pertentangan antara subjek dan objek dalam budaya tersebut. Dimana subjek sebagai pemrakarsa ( creator ), dan objek berdiri sebagai konsumen.
Pertentangan tersebut hamper sama dengan konsepnya mark mengenai pertentangan kelas antara pemilik modal dengan buruh. dimana pemilik modal sebagai majikan dan buruh sebagai pembantu. Dalam pop culture hamper semua aspek kehidupan di dalam nya ada, entah itu, sosial,buadaya,agama,politik, ekonomi dan sebagainya.
Penyebar luasan budaya massa ini menggunakan beberapa instrument  salah satu diantaranya menggunakan kecanggihan teknologi/media massa. Dalam pandangan saya media massa adalah salah satu instrument yang paling efektif  karena media massa dapat di akses oleh seluruh umat manusia di dunia.
Budaya pop mendidik kita untuk bersikap lebih konsumtif, artinya mencoba untuk lebih memikirkan hal-hal yang non hirarkis, dan lebih pada mementing peersoalan citra. Anggapan yang mengatakan bahwa ketika kita makan di macdonald itu meningkatkan derajat dan martabat kita sebagai umat manusia. Sehingga citra kita di mata masyarakat mulai terangkat dan di pandangan sebagai orang elit.
Dalam budaya pop citra di anggap sebagai salah satu tolak ukur antara baik dan buruk. Jadi bila kita memakai pakaian yang bagus dan bermerek kita di anggap sebagai orang baik, dan ketika ada orang yang memakai celana sobek-sobek dan rambut gondrong itu orang yang buruk. Nah hal itu yang sering di sebut dengan budaya coveristik.
Sebenarnya budaya pop dari dulu sudah ada sebelum Negara kesatuan rebuplik Indonesia terbentuk. Hanya saja pada era sekarang ini mengalami pembaharuan (modifikasi). Dulu bentuk budaya pop masih bebbentuk tradisional, seperti gamelan, tari-tarian, dll. Dan itu hanya dikonsumsi oleh para elit aristocrat. Tapi seiring dengan berjalannya waktu masyarakat pribumi pun akhirnya mengimitasi budaya yang dilakukan oleh para birokrat, untuk dijalankan secara periodic.
Era modern/global model budaya lebih modern, tidak kolot. Artinya perkembangan budaya mengikuti perkembangan zaman. Sekarang budaya pop lebih pada gaya hidup (image). Perlu kita ketahui bersama bahwa di dalam budaya itu mempunyai misi yang sangatlah besar. Misi idiologis, politis, serta ekonomis. Barat menciptakan budaya tidak Cuma-Cuma untuk dikonsumsi oleh manusia ada timbal balik yang di dapatkan yaitu menegaskan bahwa barat adalah Negara superior .
Seiring dengan arus globalisasi yang sudah mulai memuculkan trand centre yang di jadikan sebagai bahan untuk di tiru. Negara Indonesia mempunyai kearifan budaya lokal yang sangat banyak dan beragam. Hingga saat ini budaya tersebut sudah mulai bergeser nilai-nilai kearifan budaya lokalnya. Hal ini dikarenakan minat dari masyarakat pribumi untuk mencintai khazanah budaya lokal masih kurang.
Mungkin kita bisa meniru apa yang sudah dilakukan mahatma Gandhi. Dia mencoba untuk menjaga identitas masyarakat india dengan mencetuskan gagasan yang sangat luar bisa terkenalnya yaitu ahimsa (cinta tanah air/produk dalam negeri). Kita sebagai warga Negara Indonesia bisa mengambil spirit perjuangan Gandhi dalam mempertahankan kesatuan Negara dari gempuran arus globalisasi/kapitalisme yang di lancarkan oleh barat.
Disisi lain agama yang di anggap sebagai sebuah entitas yang netral pun tanpa disadari ternyata juga mengalami proses asimilasi budaya pop. Terbukti dengan beberapa fenomena yang terjadi di sekitar kita. Persoalan busana dalam agama dijadikan sebagai salah satu instrument untuk massifikasi. Para desainer sibuk untuk melakukan modifikasi terhadap busana agar tampak elegan dan stylish ketika di pakai oleh manusia.
Tugas berat menerpa seluruh manusia di jagat raya ini untuk melakukan control terhadap budaya massal guna menjaga mozaik kearifan budaya lokal. Kita tidak serta merta harus menolak kedatangan dari budaya popular yang berasal dari barat. Diperlukan adanya proses filterisasi terhadap budaya barat. Jangan sampai kita menjustifikasi bahwa budaya barat adalah produk dari Negara kapitalis.Diperlukan sikap kritis untuk mengambil hikmah dari adanya budaya pop.


Kawan-kawan jangan melihat seseorang itu dari lifestyle…
Lihatlah dari apa yang terucap dari mulutnya,,,,
Penampilan terkadang menipu,,,
Kritislah kawan….
Semoga catatan ini menjadi awal kita untuk lebih bijak ketika menyikapi segala problematika kemanusiaan di dunia ini dan menjadi seorang pluralis sejati…
Amien…

                                                                                    Yogyakarta.02-05-2012
                                                                                       Ucok Al Ayubbi
                                                                                       At Kos Perjuangan..

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More