Pages

Kamis, 24 Mei 2012

KRISI IDENTITAS DALAM PENDIDIKAN


Disorientasi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah wacana yang bisa dibilang belum lama atau masih baru. Gagasan ini juga termaktub dalam Rencana Aksi Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 yang berisi bahwa, pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buru, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Bermula dari input atau produk hasil pendidikan di Indonesia yang selama ini ternyata banyak terjadi kegagalan. Misalkan, masih ditemukannya kekerasan antar agama, kekerasan remaja, bahkan korupsi merajalela. Semua itu tidak lain produk pendidikan bangsa ini yang telah gagal. Kita tidak bisa menyalahkan dari satu atau dua komponen yang ada, melainkan ini menjadi tanggungan dan tugas kita bersama selaku stekholder dalam pendidikan.  Peran keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, sampai pemangku kebijakan merupakan komponen yang sekiranya perlu kita perbaiki bersama.
Padahal jika kita mau menelisik lebih jauh lagi apa yang diusung oleh pendidikan karakter, sejatinya sudah ada sejak dahulu sebelum kata tersebut menjadi trend center pendidikan di Indonesia saat ini. Kita bisa melihat dan membandingkan unsure-unsur pendidikan karakter dengan matakuliah pendidikan akhlak, moral dan etika yang jauh-jauh hari kita sepakat sudah mengenalnya.
Bahkan kita (islam) lebih lama mengenal pendidikan akhlak tinimbang pendidikan karakter. Sampai pada pernyataan bahwa guru besar pendidikan karakter dunia yaitu Nabi Muhammad Saw. Jelas bahwa rosul diutus semata-mata untuk menyempurnakan karakter/  akhlak. Apa yang rosulullah sampaikan semuanya berorientasi pada penanaman akhlak dan habituasi “ (pembiasaan). Kurang apa sebenarnya rosulullah dalam mengembangkan dan menanamkan karakter peserta orang-orang yang ada pada sekitar rosulullah pada saat itu.
Unsur Nilai dalam Pendidikan Karakter
Mari kita lihat bersama apa saja unsure-unsur nilai yang diusung oleh pendidikan karakter, yaitu: Religious, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/ Komunikatif, Cinta damai, Gemar Membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab, Menghargai keagamaan, Mampu bekerjasama dalam keragaman.
Secara garis besar, semua nilai-nilai diatas diupayakan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang direncanakan dan diatur sejak awal tahun. Dengan harapan semua mata pelajaran tanpa terkecuali ikut mengembangkan nilai-nilai karakter tersebut. Sama hal nya dengan pendidikan akhlak, hanya saja secara materi pendidikan akhlak merupakan garapan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan merupakan materi pelajaran tersendiri. Sedangkan pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan unsure-unsur nilai tersebut yang dimasukkan dalam setiap mata pelajaran.. unsure-unsur tersebut disusun mulai dari pembuatan silabus, RPP, sampai pada langkah-langkah pembelajarannya.
Orientasi Pendidikan Karakter
Sekali lagi artinya pendidikan agama islam sudah mengembangkan pendidikan karakter jauh-jauh hari semenjak rosulullah diutus dan menjadi rosul. Hanya saja permasalahannya pada, sejauh mana pendidikan akhlak tersebut terinternalisasi dalam diri setiap individu. Lalu mengapa dekandensi nilai dan moral seakan menjadi jama’ah dan masalah bersama yang tak kunjung usai. Ada masalah apa sebenarnya pada pendidikan akhlak selama ini. Sehingga muncul penidikan karakter.
Atau jangan-jangan ini sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang latah terhadap sesuatu yang baru. Dengan wacana pendidikan karakter seolah-olah semua yang berhubungan dengan pendidikan serentak menggemborkannya tanpa tau hakikat dari pendidikan karakter itu sendiri. Sehingga penulis katakana diawal bahwa wacana ini seakan-akan menjadi trand center dalam dunia pendidikan dewasa ini.
Yang pasti apapun itu namanya, bagi penulis yang terpenting adalah pengembangan nilai, karakter, akhlak, pada siswa disetiap lembaga pendidikan terus selamanya  berjalan dan selamanya diperbaiki kekurangannya. Contoh riil korupsi di Indonesia sekarang ini, mereka merupakan para politisi muda, pejabat muda, produk pendidikan di Indonesia yang boleh dikatakan gagal dalam mengembangkan akhlak, moral, dan karakter bangsa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajar (RPP)
Landasan pengembangan RPP yaitu mengacu pada PP No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
Secara umum pengertian RPP adalah seperangkat deskripsi program kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatn belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Didalmnya memuat rumusan standar kompetensi,  kompetensi dasar, indicator yang hendak dicapai, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Lalu apa saja manfaat dari RPP tersebut, pertama sebagai arah kegiatan dalam mencapai kompetensi, kedua sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam pembelajaran, ketiga sebagai pedoman kegiatan belajar baik guru maupun peserta didik, keempat sebagai alat ukur untuk mengetahui efektif tidaknya kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan RPP, dianataranya adalah:
1.      Kita harus memperhatikan perbedaan individu peserta didik
2.      Kita harus mendorong partisipasi aktif peserta didik
3.      Mengembangkan budaya membaca dan menulis
4.      Memberikan umpan balik dan tindak lanjut keterkaitan dan keterpaduan
5.      Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
Intinya adalah RPP merupakan acuan dasar proses pembelajaran dalam kelas yang idealnya dibuat sendiri oleh guru matapelajaran masing-masing. Namun ternyata riil dilapangan sampai sekarang ini banyak guru yang mengabaikan peran RPP dengan dalih “RPP itu tidak penting, karena yang terpenting siswa kelas 3 sekarang ini adalah menguasai materi agar lulus UN”.Ini menjadi problem besar dalam dunia pendidikan, yang dampaknya adalah kurangnya aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang orientasinya pada Kompetensi bukan materi.

TEACHING SKILL (KETERAMPILAN MENGAJAR)

v  Cakupan Keterampilan Mengajar
1.      Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
a.       Keterampilan Membuka Pelajaran
1)      Menarik perhatian siswa
2)      Menumbuhkan motivasi
3)      Memberikan acuan
4)      Membuat hubungan antar materi
b.      Keterampilan Menutup Pelajaran
1)      Meninjau kembali inti materi
2)      Mengevaluasi
2.      Keterampilan menjelaskan
a.       Kejelasan
b.      Penggunaan contoh/ilustrasi
c.       Pengorganisasian
d.      Penekanan pada hal penting
e.       Balikan (mengajukan pertanyaan, meminta respon dan komentar siswa)
3.      Keterampilan bertanya
a.       Bertanya dasar
b.      Bertanya lanjut
4.      Keterampilan memberi penguatan
a.       Penguatan verbal (dengan kata-kata atau dengan kalimat)
b.      Penguatan non verbal (dengan bahasa isyarat, mimik dan gerak)
5.      Keterampilan mengadakan variasi
a.       Variasi gaya mengajar
1)      Suara
2)      Kesenyapan
3)      Mimik dan gerak
b.      Variasi media
1)      Alat/bahan yang dapat dilihat
2)      Alat/bahan yang dapat didengar
3)      Alat/bahan yang dapat diraba (diperagakan)
4)      Audio Visual Aids (AVA)
c.       Variasi pola interaksi
1)      pola satu arah (guru-siswa)
2)      pola dua arah (guru-siswa-guru)
3)      pola tiga arah (guru-siswa-siswa)
4)      pola multi arah
v  Mengatasi grogi
a.       Menghafal salah satu nama murid
b.      Tarik nafas
c.       Jangan menulis sambil berbicara





0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More