PEREMPUAN REMAJA DALAM CENGKRAMAN MILITER (Catatan Pulau Buru) By : Pramoedya Ananta Toer A.Sebuah Historycal Abstarction Menyimak novel karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Perempuan dalam Cengkaraman Militer (Catan Pulau Buru)” disana menggambarkan kondisi perawan remaja yang masih berumur belasan tahun menderita ketidak jelasan dan kesengsaraan hidup akibat dari ulang para serdadu-serdadu Jepang –Heiho-. Hal ini terjadi ketika perang dunia ke II sedang meletus yang melibatkan antara Jepang dengan pihak Sekutu. Dimulai dari tahun 1941 Jepang menyerang daerah Honolulu, Hawai negara bagian ke -50 Amerika Serikat,dari udara.,pada waktu itu juga Negara Amerika dan Inggris (Sekutu) menyatakan perang terhadap Jepang, setelah itu di susul oleh Gubernur Hindia-Belanda juga ikut serta menyatakan perang, maka meletuslah Perang Pasifik. Tahun 1942 dengan menggunakan serangan kilat, beberapa negara jajahan Sekutu jatuh ketangan balatentara Dai Nippon, termasuk Jawa, Sumatra, dan seluruh wilayah negara indonesia. Pendaratan tentara Dai Nippon jepang ke Nusantara ini sebenarnya di mulai sekitar 2 Maret 1943 dilakukan pendaratan di pulau jawa. Di hancurkan nya pemerintahan Hindia-Belanda didaerah Kalijati sekitar 8 Maret 1943 merupakan sebuah permulaan bangsa tirai bambu itu di Indonesia yang bertahan sekitar 3,5 tahun. Di satu sisi tentara sekutu melakukan Agresi militer besar-besaran terhadap tentara jepang di Asia Tenggara sehingga yang pada awal mulanya tentara jepang bersikap offensif sekarang berbalik bersikap deffensif. Nah, kemudian hal ini yang coba dimanfaatkan oleh para pejuang bangsa indonesia melalui PETA (Pembela Tanah Air) untuk mempertahankan Negara Indonesia dari jajahan belanda. Kondisi yang seperti ini dimanfaatkan oleh balatentara Dai Nippon, dengan melakukan pelatihan militer terhadap para pejuang indonesia untuk mempertahankan Nusantara dari serangan tentara sekutu dengan pelatihan militernya. Hal ini juga di sambut hangat oleh masyarakat indonesia karena dalam asumsi mereka tentara jepang ingin mencoba untuk membantu negara Indonesia mencapai kemerdekaan. Pejuang Kemerdekaan belum mapu membeca kalau ternyata mereka di peralat oelh tentara jepang untuk mempertahan kan diri dari Agresi militer tentara Sekutu. Di perketatnya jalur perairan akibat Agresi Militer Sekutu membuat bala tentara Dai Nippon meluapkan hasrat seksualitasnya kepada para perawan remaja pribumi yang masih berumur belasan tahun dengan dalih akan di sekolahkan di Tokyo dan Singapura. Sebelumnya memang tentara jepang memuaskan hasrat birahinya terhadap para perempuan dari jepang, china, shingapura, taiwan, korea selatan, filipina. B.Kejahatan yang belum menemukan titik terang Telah dilakukan beberapa pengumpulan data oleh Harun Rosidi dengan responden beberapa diantaranya adalah korban dan beberapa diantaranya adalah kerabat dekat, serta teman-teman dari korban yang menyatakan bahwa kebiadaban balatentara Jepang terhadap para remaja perawan pribumi dalam memuaskan Nafsu birahinya. Tentara jepang mencoba untuk membujuk perawan pribumi dengan dalih ingin di sekolahkan di Tokyo dan Singapura. Mayoritas yang dibawa oleh balatentara jepang adalah anak dari pejabat pemerintahan baik itu yang di madya, kota, kampung ataupun desa. Niatan dari tentara jepang yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka keluar negeri disambut baik oleh para pejabat pemerintah. Karena sebenarnya mereka belum tahu kalau ternyata anak-anak mereka akan dijadikan sebagai budak seksualitas tentara jepang. Tentara jepang mengambil gadis dari beberapa daerah di Pulau jawa diantarnya, Yogyakarta, Klaten, Semarang, Kudus, dll. Mayoritas gadis yang di bawa ke luar negri berumur sekiran 15-19th dengan wajah yang catik dan tubuh yang bersih, cerah tidak seperti para gadis pribumi yang lain. Dari beberapa daerah mereka mengambil 3-7 perawan remaja, kemudian di kumpulkan menjadi satu dan di angkut menggunakan kapal untuk dibawa ke luar negri. Lebih dari sekitar 11.200 perawan remaja yang di bawa oleh tentara jepang ke luar negri dengan dalih untuk di sekolahkan, padahal sebenarnya mereka di jadikan sebagai budak seks tentara jepang. Para perawan Remaja yang di muat sekitar 5 kapal besar merasa bahagia, dan gembira, ketika dalam perjalanan pelayaran menuju ke luar negri. Mereka, tak henti-hentinya menyanyikan lagu jepang, dan lagu tentara jepang. Sebuah kebanggan tersendiri bagi mereka ketika mereka dapat melanjutkan sekolah ke luar negeri, dengan harapan agar dapat memperbaiki taraf hidup keluarga mereka masing-masing agar lebih baik. Dalam perjalanannya ternyata apa yang menjadi impian besar sirna ketika mereka disana diperlakukan seperti binatang piaraan. Mereka di jadikan sebagai alat pemuas nafsu seksualitas dari tentara jepang. Satu minggu kedatangan mereka di asrama (Singapura) mereka di sambut hangat oleh perempun cantik yang berperawakan seperti pelayan di hotel-hotel berbintang. Tapi dalam kurun waktu setelah satu minggu tersebut mereka semua di pekerjakan sebagai lonte yang tak mendapatkan upah, ataupun tips dari balatentara jepang. Yang lebih mengerikan lagi di Semarang, seorang remaja perawan di gilir oleh tiga orang serdadu jepang, sampai ia tak sadar diri. Setelah itu mereka di angkut oleh kapal menuju ke luar negeri. Di sana dia juga mendapatkan perlakuan yang sama ketika masih di indonesia, tak ubahnya seperti kain rombeng yang jual obralan. Di satu sisi tentara Jepang mulai kedodoran menghadapi serangan dari tentara sekutu, mereka lari tunggang-langgang mulai meninggalkan daerah Asia Tenggara. Hal ini berimbas pada ribuan perawan remaja indonesia yang di bawa oleh tentara jepang mengalami penderitaan yang amat sangant memedihkan. Mereka semua merasa bingung. Ingin pulang tapi tidak mengetahui jalan untuk pulang, ingin kembali bertemu dengan sanak saudara akan tetapi malu karena apa yang menjadi cita-cita besarnya tidak kesampaian. Malahan yang terjadi adalah perenggutan keperawanan mereka oleh tentara jepang. Para perawan remaja dari pribumi kemudian mulai mengikuti kemana kaki mereka melangakah, tanpa ada satu tujuan yang jelas, nasib mereka terkatung-katung tanpa kejelasan. Kebiadaban tentara jepang membuat hidup mereka serasa sengsara. Berdasarkan dari data yang di peroleh ada juga perawan remaja negara indonesia yang menikah dengan petani disana. Di pulau buru daerah Ambon (Maluku) juga banyak perempuan korban kejahatan kemanusiaan tentara jepang yang menikah dengan orang suku pedalaman disana. Mereka semua mayoritas berasal dari jawa tengah. Walopun nasib mereka tak sebaik ketika dia masih berkumpul dengan sanak saudara mereka di kampung halaman, tapi mereka merasa hidup mereka lebih mendingan dari yang sebelum-sebelumnya, ketika tentara jepang menjadikannya budak seks. Disana para ekstapol diperlakukan seperti sebuah barang yang paling berharga di bandingkan, emas, perak dan perhiasan yang lain. Karena keistimewaan itu mereka di pekerjakan untuk membantu mencari ikan di sungai dan berbelanja menuruni bukit demi bukit untuk mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari. Disana mereka hidup secara nomaden berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lain, karena memang adat yang di yakini menunut demikian. Perlu di ketahui bahwa disana tidak mengakui pemerintahan Republik Indonesia sebagai Negara mereka, mereka lebih mengakui pemerintahan Maluku, sebagai negara mereka. Kemerdekaan bangsa indonesia sudah diraih, akan tetapi pengusutan terhadap kejahatan kemanusiaan yang terdapat lebih dari sekitar 200.000 jiwa manusia korban kebiadaban tentara jepang, akan tetapi belum juga ada penguakan sejarah serta penuntutan terhadap kebiadaban para tentara Jepang. Dari buku yang saya baca ini dapat di tarik benang merah bahwa, apa yang dilakukan oleh tentara jepang terhadap penduduk pribumi di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia merupakan salah satu bagian dari kejahatan kemanusiaan yang terbesar setelah keganasan Nazi German terhadap keturunan Yahudi. Kemudian Jugun Ianfu (wanita penghibur) yang sampai hari ini tidak tahu nasibnya, telah menjadi korban dari tentara jepang dalam memuaskan nafsu seksualitasnya, tidak ada usaha pengukan sejarah, dan penuntutan terhadap negara jepang, seperti halnya yang sering dilakukan oleh negara-negara maju yang sekarang sudah merdeka. Glosarium : Heiho (tentara jepang) Sendenbu (Alat propaganda) Tonarigumi (rukun tetangga) Kumichoo (Kepala Rukun Tetangga) Rikugun (Angkatan Darat) Shoikugun (Angkatan Udara) Yogyakarta, 30 Juli 2012 By : Ucok Al Ayubbi
0 komentar:
Posting Komentar