Pages

Kamis, 24 Mei 2012

KU ACUNGKAN JARI TENGAH PADA SEMUA PENYERAGAMAN

KU ACUNGKAN JARI TENGAH PADA SEMUA PENYERAGAMAN oleh Reza Zea pada 3 Februari 2012 pukul 11:48 · * Publik * Teman (+) * Hanya Saya * Khusus * * Teman Dekat * MAN Tambakberas Jombang * Lihat semua daftar... * IAIN Soenan Kalidjogo * Daerah Yogyakarta * Keluarga * Kenalan * * Kembali “Selama masih ada ilusi mengenai tatanan sosial yang harmonis dan utuh, maka selama itu pula fantasi rasis akan terus bekerja dalam kesadaran manusia dalam upayanya mencari kambing hitam”. Sebaris kalimat yang tanpa sengaja saya temukan dalam buku Manusia Politik, buah karya dari Robertus Robert, Sebuah studi mengenai pemikiran Slavoj Zizek. Secara sadar kutipan tersebut saya tulis sebagai “status” di sebuah situs jejaring sosial. Belum genap satu jam, kawan saya di Jakarta memberikan tanggapan atas apa yang saya tulis, “bedakan antara ilusi dan cita-cita!!! Sejarah masyarakat kita tidak mengenal rasisme bung!”. Cuih, terdengar bullshit di telinga saya! Saya katakan padanya (tentunya perdebatan ini masih dengan penggunaan teknologi internet). Apa bedanya cita-cita dan ilusi? Lalu pencerahan, kemajuan, masyarakat tanpa kelas cita-cita atau ilusi? Justru karena cita-cita atau yang ideal itu gagal di hadirkan dalam realita itulah lalu di cari-cari akar persoalanya, ingat fantasi rasis berakar dalam kegagalan permanen masyarakat yang sadar "akan yang kosong dalam dirinya", sehingga terus bermimpi menjadikan dirinya total seperti yang di katakan oleh zizek. Lalu pikir ulang deh tentang bangsa kita yang harmonis.. Terdengar sampah di telinga saya! Ingatkah anda dengan perang bubat? Lalu bagaimana dengan orde baru yang pada awal berdirinya dan selanjutnya setiap tahun selalu menganjurkan agar etnis tionghoa untuk membaur dengan bangsa ini. Di titik inilah soeharto ingin membangun sebuah pandangan bahwa "pada dasarnya negara dan bangsa kita sudah bersatu tapi dalam realitas selalu ada ganjalan, yakni etnis tionghoa yang gagal membaur". Inilah integralisme NKRI ala orde baru yang menyebabkan isu etnis dan agama masih menjadi isu yang paling sensitif sampai sekarang. Dan bukankah ini hal yang sama dengan apa yang terjadi di PMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dari awal bergelut, kita sudah di injeksikan tentang tatanan masyarakat yang utuh dan lengkap. Tentang faksi-faksi yang disembunyikan. Tentang Soliditas dan “satu bendera” yang menjadi doktrin utama. Tentang mimpi-mimpi persatuan dan persahabatan yang utuh dan tak retak. Di titik inilah fantasi rasis mendapatkan pendasarannya secara teoritik. Sebab yang ideal gagal dihadirkan, mekanisme pengkambing-hitaman mulai beroperasi dalam ranah si Subject tadi. Mulai dari isu etnis, kurangnya kesadaran komunal sampai ketidak-percayaan di jadikan dalih ketika “fantasi” tersebut gagal terwujud dalam realitas. Sejatinya dalam fantasi selalu ada retakan antara yang ideal dengan yang real. Saya, kamu, kita, kalian, kami, mereka, dan manusia manapun selalu mencoba menyulam robekan tadi dan kita tahu tak pernah ada yang berhasil merajut robekan tadi. Lantas apa kita mesti pesimis lalu menjadi fatalis dan bersikap autis begitu saja? Oh.. tentu saja tidak. Bukan berarti persatuan dan persekawanan adalah hal yang salah. Yang terpenting yang perlu di tanamkan dalam benak kita adalah bahwa dunia ini begitu plural yang tak pernah bisa kita tunggalkan dalam satu warna. Maka yang perlu kita lakukan adalah teruslah merajut tanpa adanya ilusi tentang sebuah masyarakat yang utuh dan lengkap di dunia ini. Karena masyarakat yang utuh cuma ada di surga kelak. Mari bangun kawan dari tidur kita yang panjang ini. Mari kita hancurkan mimpi yang terlanjur menjadi leviathan di sekiling kita. Ilusi tentang sebuah masyarakat yang utuh dan tak retak. Sebuah mimpi yang hanya akan terus-menerus melahirkan fasisme persatuan dan sebentuk persahabatan yang tak lebih dari nepotisme, oligarki, dan gerombolan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Kami bernaung dengan atap yang sama.. Kami berdiri di bumi yang sama.. Kami tidak mengenal persatuan yang dipaksakan.. Kami anti kebenaran yang diseragamkan.. Kami menolak yang tunggal dan mengimani yang plural.. Kami bertuhan pada kebenaran.. Kami beriman pada kebebasan.. Monopoli adalah setan..

Orang Hebat Tidak Harus di Omongkan,,,


Orang Hebat Tidak Harus di Omongkan,,,
Sering terdengar ditelinga kita kata-kata dia adalah orang hebat. Dia orang populer, atau bahkan orang yang selalu di sanjung-sanjung oleh orang banyak, karena memang dia adalah seorang politisi. Sampai saat ini saya selalu berasumsi bahwa orang yang hebat bukan hanya orang yang mampu menunjukkan eksistensi nya dalam wilayah politik.
Seseorang bisa dikategorikan sebagai orang hebat ketika dia sudah mampu menularkan kemampuannya kepada orang lain dan ada bukti kongkrit atas perilaku yang selama ini dia kerjakan. Perlu di fahami bahwa orang hebat adalah orang yang selalu dipangkas ruang geraknya dalam bebrapa hal, misalnya kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan dll.
Pramudya ananta toer adalah salah satu seorang budayawan atau sastrawan sejati yang selama ini saya kagumi. Pram adalah sesosok manusia yang humanis, yang sangat menghargai akan adanya nilai-nilai kemanusiaan, yang mengedepankan rasa saling memahami antar sesama. Dalam pandangan saya dia adalah salah satu dari beberapa orang yang hebat di negeri ini.
Sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa pram adalah seorang sastrawan yang sangat luar biasa, namanya sudah melalang buana di seantero negri. Lewat karya nya dia banyak di kenal oleh kaum sastrawan domestik maupun manca negara karena banyak memberikan inspirasi dan motivasi untuk menjalani hidup. Pram tidak pernah menganggap dirinya itu sastrawan yang tenar, akan tetapi karya tulisannya yang kemudian meningkatkan grade nama pram yang semakin meningkat.
Terkadang kita sering melihat di sekitar kita banyak orang-orang yang sikap, perilaku, ucapan nya seolah-olah tampak seperti Kebo Ijo yang mendapatkan keris Mpu Gandring yang sakti mandraguna, menyombangkan diri dan terkesan angkung dengan apa yang dimiliki hari ini. Merasa bahwa dia adalah orang hebat yang harus di hormati dan puja-puja.
Secara tersirat maupun lisan dia selalu ingin mengetakan bahwa “ini saya adalah orang hebat” perilaku tersebut sebenarnya kalo menurut saya tidak bagus, lagi-lagi saya ingin bilang orang hebat yang menilai adalah orang lain bukan dirinya sendiri. Mbok ya’o punya uang banyak kalo masih tetap saja sombong pasti orang lain akan menilai lebih hebat orang sederhana yang bisa saling memberi antara satu dengan yang lain.
Terkadang memang susah untuk menurunkan libido superioritasan manusia. Butuh waktu untuk menjinakan hasrat untuk menjadi orang yang populer dengan pijakan dehumanitas,,,
Berdiri dengan dada membusung kaki lurus,,,
Pandangan mata kearah depan dengan sorot mata layaknya burung hantu,,
Semua sirna di telan panasnya sang waktu,,,
Yogyakarta 22 Mei, 2012
A.N AP(Ampas Perjuangan)
Ucok Al Ayubbi
Direktur Utama

Sebuah Refleksi Diri Untuk Tetap Berbagi


Sebuah Refleksi Diri Untuk Tetap Berbagi
Dalam keheningan malam yang dilalui tadi malam merupakan satu goresan tinta yang termaktub dalam sejarah perjuangan. Perdebatan panjang yang membahas persoalan persekawanan, perjuangan, pengabdian, cukup panjang dan sangat melelahkan. Terlebih ketika membahas issue tentang adanya friksi (kesenjangan) antara beberapa angkatan yang merasa dirinya adalah seorang pahlawan yang pernah berjasa demi mempertahankan keluarga dalam institusi.
Forum  yang tadi malam mengatas namakan warga tidak di hadiri oleh satu angkatan yang paling muda. Saya tidak tau apakah memang mereka sengaja tidak di undang ataukah mereka memang sengaja tidak hadir. Dalam benak hati saya bertanya-tanya, what,s the problem?? . ku cukupkan pertanyaanku dengan adanya jawaban dari sahabat karib saya bahwa warga yang paling kecil di undang tapi tidak semua. Okey sampai disini dulu pembahasan tentang ketidak hadiran warga yang paling bawah, kita lanjut pada pembahasan terkait dengan duduk persoalan yang butuh klarifikasi agar tidak berlarut-larut.
Dapat saya simpulkan bahwa  topik pembahasan itu berkutat pada beberapa hal yang menyangkut problem personal yang mengatasnamakan komunal. Di antaranya persoalan kontrakan ( Eks Pengurus Vs Pengurus), ada kesenjangan angkatan (’08 Vs 09), dan ada lagi yang terakhir pengurus jadi comon enemy bagi seluruh warga, hahahaaa,,,sungguh terlalu,,,
Saya ingin memaparkan hasil refleksi semalam tadi. Awalnya forum berjalan tidak stabil, masih merasa bahwa ada yang dirinya takut, ada yang dirinya merasa ngga di anggap dan salah, sampai ada seseorang yang bilang, Bakunin pernah berkata “ perang sipil yang terbuka dan blak-blakan lebih baik dari pada harus hidup dalam kedaimaian tapi busuk” . akhirnya forum mulai menemukan titik terang menuju pengungkapan semua masalah.
Persoalan kontrakan, saya mengakui bahwa kontrakan yang hanya di bayar selama 7 bulan itu mendapatkan protes keras dari kawan-kawan pengurus. Pernah saya bilang sama kepala pengurus setiap angkatan punya dinamika, setiap masa atmosfernya berbeda, dan ini di tafsirkan secara serius oleh beberapa kawan pengurus, bahwa Eks pengurus tidak mau membantu pengurus sekarang.
Lucu dan lugu tampak imut-imut juga. Nah kemudian keinginan dari pengurus sekarang ingin membayar kontrakan sampai bulan agustus agar sekiranya warga termuda besok tidak kelabakan dalam mencari rumah singgah sebagai centre of moving.  Okey akhirnya ada bebrapa tawaran solusi yang di keluarkan di antaranya adalah warga ikut mbantu nyumbang kontrakan, dan nanti kekurangan membayar kontrakan di bebankan kepada kawan-kwan eks pengurus yang kemaren. Dan saya menjawab saya secara pribadi pernah bilang dengan kepala pengurus, bahwa saya akan membantu membayar kontrakan berapapun nanti sepunya saya, tapi nunggu gajian dulu dari rumah. Nah untuk persoalan temen-temen yang lain nanti akan tak komunikasikan.
Meninjak persoalan yang selanjutnya issue tentang adanya pertentangan antara angkatan saya dengan angkatan atasnya. Dimulai dari ketika permohonan maaf sahabat karib saya Reza Zea karena tidak bermksut untuk menghindar dari gerombolan anak-anak ‘’08 ketika sedang ngopi di grisse. Waktu itu Zea ingin ngobrol sama saya mencoba untuk mengklarifikasi segala isssue yang sudah landing di tataran grass root.  Akhirnya saya juga memberikan satu pledoi kepada sahabat kakak angkatan terkait pas waktu ngopi ad anak-anak moderat ngopi dan sedangkan saya waktu itu di mintain tolong sama anak-anak untuk membeli rokok. Tapi saya tidak mau melewati jalan yang sesungguhnya karena sudah jengah melihat atmosfer issu yang sudah berkembang.
Saya minta maaf, bulan karena jijik ataupun saya males melihat anak-anak moderat. Tapi saya terseret arus isu publik tentang adanya friksi diantara kita. Okey akhirnya forum berjalan seperti biasanya, dan ketegangan sudah berangsur menurun. Muncul lah sang penggembala yang memberikan wejangan, yang intinya begini kalo semisal ada maslah, kalian komunikasikan ke kakak angkatan, kalo semisal kakak angkatan ada masalah, komunikasikan keatas lagi, dan begitu seterusnya. Dan selanjutnya forum berakhir jabat tangan demia afdholnya forum tadi malem.
Sekian dan terima kasih.

Terhentak ku melihat sang singa meraung-raung....
Demi sepotong daging kehormatan...
Mata menatap seperti nyala lampu di stadion mandala,,,
Tangan berkeringat seakan-akan ingin memukulkan kan kepada apa saja yang berada di sampingnya,,,
Sungguh sangat menakutkan,,,
Kubawa santai dan pandangan mata tetap fokus...
Tak pernah sedikitpun mersa gentar melihat singa yang sedang lapar,,,
Yogyakarta, 24 mei  2012
Atas Nama Rakyat Ampas Perjuanagn
       Ucok Al Ayubbi
Direktur Ampas Perjuangan






MASYARAKAT FEODAL INDONESIA


MASYARAKAT FEODAL INDONESIA



Feodalisme berasal dari kata feodum yang artinya tanah.Dalam tahapan masyarakat feodal ini terjadi penguasaan alat produksi oleh kaum pemilik tanah, raja dan para kerabatnya. Ada antagonisme antara rakyat tak bertanah dengan para pemilik tanah dan kalangan kerajaan. Kerajaan, merupakan alat kalangan feodal untuk mempertahankan kekuasaan atas rakyat, tanah, kebenaran moral, etika agama, serta seluruh tata nilainya.
Pada perkembangan masyarakat feodal di Eropa, dimana tanah dikuasai oleh baron-baron (tuan2 tanah) dan tersentral.
 Para feodal atau Baron (pemilik tanah dan kalangan kerabat kerajaan) yang memiliki tanah yang luas mempekerjakan orang yang tidak bertanah dengan jalan diberi hak mengambil dari hasil pengolahan tanah yang merupakan sisa upeti yang harus dibayar kepada para baron. Tanah dan hasilnya dikelola dengan alat-alat pertanian yang kadang disewakan oleh para baron (seperti bajak dan kincir angin). Pengelolaan tersebut diarahkan untuk kepentingan menghasilkan produk pertanian yang akan dijual ke tempat-tempat lain oleh pedagang-pedagang yang dipekerjakan oleh para baron. Di atas tanah kekuasaannya, para baron adalah satu-satunya orang yang berhak mengadakan pengadilan, memutuskan perkawinan, memiliki senjata dan tentara, dan hak-hak lainnya yang sekarang merupakan fungsi negara. Para baron sebenarnya otonom terhadap raja, dan seringkali mereka berkonspirasi menggulingkan raja.
Kondisi pada masa feodalisme di Indonesia bisa diambil contoh pada masa kerajaan-kerajaan kuno macam Mataram kuno, kediri, singasari, majapahit. Dimana tanah adalah milik Dewa/Tuhan, dan Raja dimaknai sebagai titisan dari dewa yang berhak atas penguasaan dan pemilikan tanah tersebut dan mempunyai wewenang untuk membagi-bagikan berupa petak-petak kepada sikep-sikep, dan digilir pada kerik-kerik (calon sikep-sikep), bujang-bujang dan numpang-numpang (istilahnya beragam di beberapa tempat) dan ada juga tanah perdikan yang diberikan sebagai hadiah kepada orang yang berjasa bagi kerajaan dan dibebaskan dari segala bentuk pajak maupun upeti.
 Sedangkan bagi rakyat biasa yang tidak mendapatkan hak seperti orng-orang diatas mereka harus bekerja dan diwajibkan menyetorkan sebagian hasil yang didapat sebagai upeti dan disetor kepada sikep-sikep dll untuk kemudian disetorkan kepada raja, Selain upeti, rakyat juga dikenakan penghisapan tambahan berupa kerja bagi negara-kerajaan dan bagi administratornya.
Pada tahap masyarakat feodal di Indonesia, sebenarnya sudah muncul perlawanan dari kalangan rakyat tak bertanah dan petani. Kita bisa melihat adanya pemberontakan di masa pemerintahan Amangkurat I, pemberontakan Karaeng Galengsong, pemberontakan Untung Suropati, dan lain-lain.
 Hanya saja, pemberontakan mereka terkalahkan. Tapi kemunculan gerakan-gerakan perlawanan pada setiap jaman harus dipandang sebagai lompatan kualitatif dari tenaga-tenaga produktif yang terus berkembang maju (progresif) berhadapan dengan hubungan-hubungan sosial yang dimapankan (konservatif). Walaupun kepemimpinan masih banyak dipegang oleh bangsawan yang merasa terancam karena perebutan aset yang dilakukan oleh rajanya.
Embrio kapitalisme mulai bersentuhan dengan masyarakat di Nusantara di awal abad ke-15, melalui merkantilisme Eropa.
 Masuknya Kapitalisme Melalui Kolonialisme dan Imperialisme
Di negara-negara yang menganut paham merkantilisme terjadi perubahan besar terutama setelah Perkembangan teknologi perkapalan di Eropa Selatan semakin memberi basis bagi embrio kolonialisme/imperialisme dan kapitalisme, dimana mereka mencoba untuk mencari daerah baru yang kemudian diklaim sebagai daerah jajahannya dengan semboyan Gold, Gospel, dan Glory, mereka membenarkan tujuannya dengan alasan penyebaran agama dan dalam bentuk kapitalisme dagang (merkantilisme) dan sejak itu feodalisme di masyarakat pra-Indonesia mempunyai lawan yang sekali tempo bisa diajak bersama memusuhi dan melumpuhkan rakyat.
Kolonialisme dan imperialisame merebak di mana-mana, termasuk di tanah Nusantara, Tahun 1469 adalah tahun kedatangan ekspedisi mencari daerah baru yang dipimpin raja muda portugis Vasco da Gama. Tujuannya mencari rempah-rempah yang akan dijual kembali di Eropa. Kemudian menyusul penjelajah Spanyol masuk ke Nusantara di tahun 1512. Penjelajah Belanda baru datang ke Nusantara tahun 1596, dengan mendaratnya Cornelis de Houtman di Banten.
Kolonialisme yang masuk pertama di Indonesia merupakan sisa-sisa kapitalisme perdagangan (merkantilisme). Para kapitalis-merkantilis Belanda masuk pertama kali ke Indonesia melalui pedagang-pedagang rempah-rempah bersenjata, yang kemudian diorganisasikan dalam bentuk persekutuan dagang VOC tahun 1602, demikian juga dengan Portugis, dan Spanyol. Para pedagang bersenjata ini, melakukan perdagangan dengan para feodal, yang seringkali sambil melakukan ancaman, kekerasan dan perang
Kekuasaan kolonial Belanda ini terinterupsi 4 tahun dengan berkuasanya kolonialisme Inggris sampai tahun 1813. Kolonialisme Inggris masa Raffles, adalah tonggak penting hilangnya konsep pemilikan tanah oleh kerajaan. Sebab dalam konsep Inggris, tanah bukan milik Tuhan yang diwakilkan pada raja, tapi milik negara. Karenanya pemilik dan penggarap tanah harus membayar landrente (pajak tanah) --pajak ini mengharuskan sistem monetar dalam masyarakat yang masih terkebelakang sistem moneternya, sehingga memberi kesempatan tumbuhnya rentenir dan ijon.
Di sisi yang lain, kalangan kolonialis-kapitalis juga memanfaatkan kalangan feodal untuk menjaga kekuasaannya. Hubungan antara para kolonialis-kapitalis dengan para feodal adalah hubungan yang saling memanfaatkan dan saling menguntungkan, sedangkan rakyatlah yang menjadi objek penindasan dan penghisapan dari kedua belah pihak Kapitalisme yang lahir di Indonesia bukan ditandai dengan dihancurkannya tatanan ekonomi-politik feodalisme, melainkan justru ada usaha revitalisasi dan produksi ulang tatanan ekonomi-sosial-politik-ideologi-budaya feodal untuk memperkuat kekuasaan kolonialisme.
Karena adanya revolusi industri terjadi kelebihan produksi yang membutuhkan perluasan pasar; membutuhkan sumber bahan mentah dari negeri asalnya; membutuhkan tenaga kerja yang murah -- mulai melakukan kolonialisasi ke negara-negara yang belum maju. terlebih seusai berhasil menjatuhkan monarki absolut.
Tapi pertumbuhan ini dimulai dalam bentuk paling primitif dan sederhana. Hal ini sangat berbeda dengan lahirnya kapitalisme di negara-negara Eropa dan Amerika. Di kedua benua tersebut, kapitalisme lahir sebagai wujud dari dihancurkannya tatanan ekonomi-sosial-politik-ideologi-budaya feodal. Contoh kasus yang paling jelas adalah adanya revolusi industri di Inggris yang mendahului terjadinya revolusi borjuasi di Perancis
Tumbuhnya Kapitalisme di Indonesia
Pada masa Van den bosch tahun 1830, pemerintah Belanda membangun sebuah sistem ekonomi-politik yang menjadi dasar pola kapitalisme negara di Indonesia. Sistem ini bernama tanam paksa. Ini diberlakukan karena VOC mengalami kebangkrutan.Tanam Paksa merupakan tonggak peralihan dari sistem ekonomi perdagangan (merkantilis) ke sistem ekonomi produksi. Ciri-ciri tanam paksa ini berupa:
1. Kaum tani diwajibkan menanam tanaman yang laku dipasaran Eropa, yaitu tebu, kopi, teh, nila, kapas, rosela dan tembakau; kaum tani wajib menyerahkan hasilnya kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Belanda;
2. Perubahan (baca: penghancuran) sistim pengairan sawah dan palawija;
3. Mobilisasi kuda, kerbau dan sapi untuk pembajakan dan pengang kutan;
4. Optimalisasi pelabuhan, termasuk pelabuhan alam;
5. Pendirian pabrik-pabrik di lingkungan pedesaan, pabrik gula dan karung goni;
6. Kerja paksa atau rodi atau corvee labour untuk pemerintah;
7. Pembebanan berbagai macam pajak.
Sistem ini juga merupakan titik awal berkembangnya kapitalisme perkebunan di Indonesia.
Pada pertengahan abad 19 terjadi perubahan di negeri Belanda, yaitu menguatnya kaum kapital dagang swasta --seusai mentransformasikan monarki absolut menjadi monarki parlementer dalam sistim kapitalisme-- terjadi pula perubahan di Nusantara/ Hindia Belanda. Perubahan kapitalisme ini pun menuntut perubahan dalam metode penghisapan dan sistem politiknya: dari campur tangan negara, terutama untuk monopoli produksi, perdagangan dan keuangan.
 Politik dagang kolonial yang monopolistik ke politik kapital dagang industri yang bersifat persaingan bebas, sebagai akibat tuntutan swastanisasi oleh kelas borjuis yang baru berkembang. Maka pada tahun 1870 tanam paksa di hentikan. Namun borjuasi yang masuk ke jajahan (di Indonesia) menghadapi problem secara fundamental yaitu problem tenaga produktif yang sangat lemah. tenaga kerjanya buta huruf, misalnya. Oleh karena itu untuk mengefisienkan bagi akumulasi kapital, pemerintah belanda menerapkan politik etis. Dengan politik etis pemerintah hindia belanda berharap agar tenaga-tenaga kerja bersentuhan dengan ilmu pengetahuan (meski tidak sepenuhnya) tekhnologi untuk menunjang produktivitas dan untuk perluasan lahan bagi kepentingan akumulasi modal. Mulai munculah sekolah-sekolah walaupun diskriminatif dalam penerimaaan siswanya.
Penerapan politik Etis ternyata menjadi bumerang bagi Belanda sendiri. Politik etis menumbuhkan kesadaran baru bagi rakyat-rakyat dengan tersosialisanya ilmu pengetahuan akhirnya mampu memahami kondisinya yang tertindas. Gerakan-gerakan modern untuk melawan penindasan mulai dikenal: mulailah dikenal organisasi terutama setelah partai-partai revolusioner di Belanda berkomitmen (merasa berkewajiban) membebaskan tanah jajahan. Seiring dengan ini mulailah dikenal mengenai sosialisme, kapitalisme, komunisme, dsb. yang selanjutnya sebagaimana yang kita ketahui dengan baik, rakyat mulai membangun perlawanan (berontak). .
Usaha perjuangan pembebasan rakyat secara nasional ini, menunjukkan betapa takutnya pemerintah Belanda terhadap aksi-aksi massa yang radikal dan progersif. Sekitar 13.000 pejuang dibuang ke Boven Digul oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Salah satu sebabnya adalah ketidak-mampuan kaum radikal dalam mengkonsolidasikan secara baik dan menyeluruh kekuatan-kekuatan potensial rakyat, yaitu kaum buruh, kaum tani dan kaum tertindas lainnya.
Sehingga kekuatan kaum radikal sendiri tidak cukup kuat untuk menghadapi aparat militer Pemerintah Kolonial. Satu pelajaran yang harus kita ambil adalah bahwa perjuangan bersenjata adalah kebutuhan nyata massa dan merupakan kulminasi dari situasi revolusioner perlawanan rakyat terhadap watak negara kolonial, dengan aparat kemiliterannya, yang selama ini melakukan penghisapan/penindasan terhadap segala bentuk perlawanan rakyat. Dengan demikian, kekalahan perlawanan 1926/1927, adalah kekalahan gerakan pada umumnya.
Sejarah perjuangan ternyata bergerak maju. Kekalahan gerakan pembebasan nasional tidak serta merta menyurutkan perjuangan. Posisi PKI di ambil alih oleh PNI yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 dibawah pimpinan Ir. Sukarno. PNI berwatak kerakyatan dan partai massa. Sisa-sisa kaum progresif yang masih hidup lalu bergabung dengan PNI, sebagai alat perlawanan kolonialisme.Dukungan yang luas atas PNI membuat penguasa harus mengirim para aktivis PNI ke penjara, termasuk Sukarno.
Akhirnya, pada tahun 1929 pimpinan PNI mengambil keputusan untuk membubarkan diri. Tapi aktivitas revolusioner yang dilakukan oleh kaum radikal tetap dilanjutkan dengan gerakan bawah tanah. Di bawah kondisi yang represif, terbitan dan pertemuan gelap lainnya terus dijalankan.
Ketika fasisme mulai merambah Eropa dan Asia, konsistensi perjuangan pembebasan tetap terjaga terus menerus. Sementara itu di Eropa, tahun 1939 Perang Dunia II meletus ketika Jerman dibawah Hitler menyerbu Polandia. Jepang lalu menyerbu Hindia Belanda dan mengusir kekuasaan Belanda digantikan dengan pemerintahan administrasi militer. Kerja paksa (romusha) diberlakukan untuk membangun infrastruktur perang seperti pelabuhan, jalan raya dan lapangan udara tanpa di upah. Serikat buruh dan partai politik dilarang. Yang diperbolehkan berdiri hanya organisasi boneka buatan pemerintah militer Jepang seperti Peta, Keibodan dll. Sebab-sebab dari timbulnya PD II adalah persaingan diantara negara-negara imperialis untuk memperebutkan pasar dan sumber bahan baku. Siapapun yang menang maka kemenangannya adalah tetap atas nama imperialisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perang Dunia Kedua Adalah Perang Kaum Imperialis
Orde Baru dan Kapitalis Bersenjata
Konsolidasi kapitalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari scenario lembaga-lembaga sistem kapitalisme dunia seperti IMF dan World Bank. Kapitalisme dengan syarat-syarat kekuatan produktif yang rapuh dibidang teknologi serta kurangnya dana segar untuk modernisasi menjadikan penguasa Orba harus bergantung sepenuh-penuhnya pada kekuatan modal Internasional Jepang, Amerika, Inggris, Jerman, Taiwan, Hongkong, dll. Pengabdian Orba pada modal semakin membuktikan bahwa pada prinsipnya negara Orba dibawah kekuasaan yang dipimpin oleh Jendral Soeharto adalah ALAT KEPENTINGAN-KEPENTINGAN MODAL.
Pada tahapan awal konsolidasi kekuasaannya, Soeharto berhasil memanfaatkan pinjaman hutang luar negeri dan penanaman modal asing. Soeharto melahirkan orang kaya baru (OKB) dan tumbuhnya Kapitalis. Soeharto juga memberikan lisensi penuh kepada sekutu dan kerabatnya untuk monopoli Export-import, penguasaan HPH dan perkebunan-perkebunan kepada yayasan-yayasan Angkatan Darat. Sehingga seluruh aset ekonomi kekayaan negara dikuasai oleh kroni-kroni Soeharto. Dan Rezim Orba ini juga menggunakan kekuatan militernya untuk merefresif, membungkam dan meredam kekritisan dan protes dari rakyat. Senjatanya yaitu Dwi Fungsi ABRI dengan manifestasinya yaitu kodam, kodim, korem, koramil, babinsa/binmas.
Pada masa kekuasaan Rezim Orba ada beberapa perlawanan rakyat, tetapi organisasi perlawanannya lemah sehingga dapat dipukul dengan mudah seperti kasus Aceh, Tanjung Priuk, Lampung,dll. Di Gerakan Mahasiswanya sendiri Rezom Orba mengeluarkan kebijakan NKK/BKK yang jelas-jelas sangat meredam kekritisan mahasiswa, dan membuat mahasiswa jadi sulit untuk merespon kondisi masyarakat Indonesia.
Pada tahun 1997 terjadi krisis yang melanda dunia. Krisis ini diakibatkan oleh over produksi yang menyebabkan pengembalian modal mengalami kesulitan. Dampak dari krisis Global ini sangat berpengaruh sekali pada negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia. Ditambah lagi dengan jatuh temponya hutang luar negeri. Dampak dari krisis ekonomi di Indonesia awal dari keruntuhan Rezim Orba.
Runtuhnya Orba yang dimulai dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia. Dampak dari krisis ekonomi tersebut adalah naiknya harga sembako. Sehingga terjadi pergolakan dimana-mana yang menuntut diturunkannya harga sembako. Gerakan Mahasiswa yang selama ini vakum mulai bangkit melawan Rezim otoriter Soeharto. Tuntutan Mahasiswa dan Rakyat yang tadinya mengangkat isu-isu ekonomis meningkat menjadi isu-isu politis.
Pada tahun 1998 Gerakan Mahasiswa dan Rakyat berhasil melengserkan Soeharto dari kursi kekuasaannya. Soeharto digantikan oleh Habibie yang masih anak didiknya. Habibie hanya setahun berkuasa di Indonesia. GusDur naik sebagai Presiden RI dan Mega sebagai wakilnya melalui Pemilu 1999 yang katanya demokratis.

KRISI IDENTITAS DALAM PENDIDIKAN


Disorientasi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah wacana yang bisa dibilang belum lama atau masih baru. Gagasan ini juga termaktub dalam Rencana Aksi Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 yang berisi bahwa, pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buru, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Bermula dari input atau produk hasil pendidikan di Indonesia yang selama ini ternyata banyak terjadi kegagalan. Misalkan, masih ditemukannya kekerasan antar agama, kekerasan remaja, bahkan korupsi merajalela. Semua itu tidak lain produk pendidikan bangsa ini yang telah gagal. Kita tidak bisa menyalahkan dari satu atau dua komponen yang ada, melainkan ini menjadi tanggungan dan tugas kita bersama selaku stekholder dalam pendidikan.  Peran keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, sampai pemangku kebijakan merupakan komponen yang sekiranya perlu kita perbaiki bersama.
Padahal jika kita mau menelisik lebih jauh lagi apa yang diusung oleh pendidikan karakter, sejatinya sudah ada sejak dahulu sebelum kata tersebut menjadi trend center pendidikan di Indonesia saat ini. Kita bisa melihat dan membandingkan unsure-unsur pendidikan karakter dengan matakuliah pendidikan akhlak, moral dan etika yang jauh-jauh hari kita sepakat sudah mengenalnya.
Bahkan kita (islam) lebih lama mengenal pendidikan akhlak tinimbang pendidikan karakter. Sampai pada pernyataan bahwa guru besar pendidikan karakter dunia yaitu Nabi Muhammad Saw. Jelas bahwa rosul diutus semata-mata untuk menyempurnakan karakter/  akhlak. Apa yang rosulullah sampaikan semuanya berorientasi pada penanaman akhlak dan habituasi “ (pembiasaan). Kurang apa sebenarnya rosulullah dalam mengembangkan dan menanamkan karakter peserta orang-orang yang ada pada sekitar rosulullah pada saat itu.
Unsur Nilai dalam Pendidikan Karakter
Mari kita lihat bersama apa saja unsure-unsur nilai yang diusung oleh pendidikan karakter, yaitu: Religious, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/ Komunikatif, Cinta damai, Gemar Membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab, Menghargai keagamaan, Mampu bekerjasama dalam keragaman.
Secara garis besar, semua nilai-nilai diatas diupayakan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang direncanakan dan diatur sejak awal tahun. Dengan harapan semua mata pelajaran tanpa terkecuali ikut mengembangkan nilai-nilai karakter tersebut. Sama hal nya dengan pendidikan akhlak, hanya saja secara materi pendidikan akhlak merupakan garapan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan merupakan materi pelajaran tersendiri. Sedangkan pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan unsure-unsur nilai tersebut yang dimasukkan dalam setiap mata pelajaran.. unsure-unsur tersebut disusun mulai dari pembuatan silabus, RPP, sampai pada langkah-langkah pembelajarannya.
Orientasi Pendidikan Karakter
Sekali lagi artinya pendidikan agama islam sudah mengembangkan pendidikan karakter jauh-jauh hari semenjak rosulullah diutus dan menjadi rosul. Hanya saja permasalahannya pada, sejauh mana pendidikan akhlak tersebut terinternalisasi dalam diri setiap individu. Lalu mengapa dekandensi nilai dan moral seakan menjadi jama’ah dan masalah bersama yang tak kunjung usai. Ada masalah apa sebenarnya pada pendidikan akhlak selama ini. Sehingga muncul penidikan karakter.
Atau jangan-jangan ini sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang latah terhadap sesuatu yang baru. Dengan wacana pendidikan karakter seolah-olah semua yang berhubungan dengan pendidikan serentak menggemborkannya tanpa tau hakikat dari pendidikan karakter itu sendiri. Sehingga penulis katakana diawal bahwa wacana ini seakan-akan menjadi trand center dalam dunia pendidikan dewasa ini.
Yang pasti apapun itu namanya, bagi penulis yang terpenting adalah pengembangan nilai, karakter, akhlak, pada siswa disetiap lembaga pendidikan terus selamanya  berjalan dan selamanya diperbaiki kekurangannya. Contoh riil korupsi di Indonesia sekarang ini, mereka merupakan para politisi muda, pejabat muda, produk pendidikan di Indonesia yang boleh dikatakan gagal dalam mengembangkan akhlak, moral, dan karakter bangsa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajar (RPP)
Landasan pengembangan RPP yaitu mengacu pada PP No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
Secara umum pengertian RPP adalah seperangkat deskripsi program kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatn belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Didalmnya memuat rumusan standar kompetensi,  kompetensi dasar, indicator yang hendak dicapai, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Lalu apa saja manfaat dari RPP tersebut, pertama sebagai arah kegiatan dalam mencapai kompetensi, kedua sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam pembelajaran, ketiga sebagai pedoman kegiatan belajar baik guru maupun peserta didik, keempat sebagai alat ukur untuk mengetahui efektif tidaknya kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan RPP, dianataranya adalah:
1.      Kita harus memperhatikan perbedaan individu peserta didik
2.      Kita harus mendorong partisipasi aktif peserta didik
3.      Mengembangkan budaya membaca dan menulis
4.      Memberikan umpan balik dan tindak lanjut keterkaitan dan keterpaduan
5.      Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
Intinya adalah RPP merupakan acuan dasar proses pembelajaran dalam kelas yang idealnya dibuat sendiri oleh guru matapelajaran masing-masing. Namun ternyata riil dilapangan sampai sekarang ini banyak guru yang mengabaikan peran RPP dengan dalih “RPP itu tidak penting, karena yang terpenting siswa kelas 3 sekarang ini adalah menguasai materi agar lulus UN”.Ini menjadi problem besar dalam dunia pendidikan, yang dampaknya adalah kurangnya aplikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang orientasinya pada Kompetensi bukan materi.

TEACHING SKILL (KETERAMPILAN MENGAJAR)

v  Cakupan Keterampilan Mengajar
1.      Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
a.       Keterampilan Membuka Pelajaran
1)      Menarik perhatian siswa
2)      Menumbuhkan motivasi
3)      Memberikan acuan
4)      Membuat hubungan antar materi
b.      Keterampilan Menutup Pelajaran
1)      Meninjau kembali inti materi
2)      Mengevaluasi
2.      Keterampilan menjelaskan
a.       Kejelasan
b.      Penggunaan contoh/ilustrasi
c.       Pengorganisasian
d.      Penekanan pada hal penting
e.       Balikan (mengajukan pertanyaan, meminta respon dan komentar siswa)
3.      Keterampilan bertanya
a.       Bertanya dasar
b.      Bertanya lanjut
4.      Keterampilan memberi penguatan
a.       Penguatan verbal (dengan kata-kata atau dengan kalimat)
b.      Penguatan non verbal (dengan bahasa isyarat, mimik dan gerak)
5.      Keterampilan mengadakan variasi
a.       Variasi gaya mengajar
1)      Suara
2)      Kesenyapan
3)      Mimik dan gerak
b.      Variasi media
1)      Alat/bahan yang dapat dilihat
2)      Alat/bahan yang dapat didengar
3)      Alat/bahan yang dapat diraba (diperagakan)
4)      Audio Visual Aids (AVA)
c.       Variasi pola interaksi
1)      pola satu arah (guru-siswa)
2)      pola dua arah (guru-siswa-guru)
3)      pola tiga arah (guru-siswa-siswa)
4)      pola multi arah
v  Mengatasi grogi
a.       Menghafal salah satu nama murid
b.      Tarik nafas
c.       Jangan menulis sambil berbicara





Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More